14.22
0


“Marah itu wajar, tapi pastikan kemarahan itu tidak merendahkan diri kita dan merusak orang lain”
Marah adalah suatu keniscayaan. Marah adalah fitrah bagi setiap manusia. Marah adalah kekuatan yang besar, yang tidak kita miliki pada keadaan biasa. Karena marah adalah fitrah, maka tidak mungkin kita menghilangkan nya, yan paling mungkin adalah mengelola rasa marah itu.

Ada dua syarat yang harus dipenuhi, yang menjadi indikator keberhasilan pengelolaan marah yang kita laksanakan, yaitu tidak merendahkan diri sendiri dan tidak melukai orang lain. Semua nafsu tidak pernah bersifat netral. Bahagia, sedih, lapar, mengantuk, marah, dan lain lain, tidak pernah bersifat netral.  Kemungkinannya hanya ada dua, kalau tidak meninggikan kita, ya akan merendahkan kita. Maka, sekali lagi pengelolaan yang baik akan membuat nafsu marah menjadi senjata untuk memuliakan kita (atas izin Allah). Ambil sisi positifnya. Paling tidak, dengan kemarahan kita bisa memiliki rasa tegas, kekuatan besar yang tidak kita miliki ketika berada pada keadaan normal.

Amar ma’ruf nahi munkar (mengajak pada yang baik, mencegah yang mungkar) adalah beban yang ditujukan pada manusia kuat. Tidak mungkin manusia lemah menerima beban itu. Jadi kuatkan dan pantaskan lah diri kita supaya kita mampu melaksanakan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya. Kadang kita perlu bertindak tegas untuk mencegah seseorang bertindak melebihi batas. Kadang kita perlu ‘sedikit menunjukkan kekuatan kita’ ketika terjadi ketidakadilan, penindasan, dan perusakan. Namun, sekali lagi ingat, kemarahan yang kita miliki, jangan sampai merendahkan diri kita dan melukai orang lain, lebih-lebih merusak hubungan antar sesama.

Ketika kita marah, akan terasa sangat sulit menerima sisi positif dari seseorang. Kita selalu memiliki dugaan buruk terhadap orang tersebut. Orang yang mudah marah, selalu mendahulukan dugaan buruk, sedangkan orang yang baik hatinya selalu mendahulukan dugaan baik. Ketika kita dihadapkan dengan kondisi dimana kita disalip dengan cepat dari kiri oleh seseorang, apa yang kita lakukan? Ya, marah. Namun bagaimana jika seseorang yang menyalip kita adalah ayah yang harus membawa anaknya ke rumah sakit karena sekarat, atau seorang suami yang harus buru-buru membawa istrinya untuk melahirkan? Sebagai orang yang masih waras hatinya kita harus bisa menerima itu, inilah yang yang disebut sebagai anger management, marah dengan cara yang baik dan di tempat yang tepat. Selalu dahulukan dugaan baik.

Ketika kita dibuat marah oleh orang lain, kira-kira bagaimana reaksi kita yang diinginkan Tuhan? Ya, menahan diri. Boleh marah, namun setialah dengan cara-cara yang baik dan cara-cara yang disukai olehNya. Selesaikan dengan cara yang baik. Kalau kita merasa kita benar dan orang lain yang salah, bicarakan dan nasihati. Pengarahan yang berasal dari kecerdasan kita akan membawa kepada peningkatan kualitas seseorang, sedangkan nasihat yang berasal dari hati akan sampai di hati orang yang kita nasihati. Orang yang disentuh dengan pengertian yang baik akan lebih cepat taubat daripada dimarahi, jangan anggap marah adalah satu-satunya alat untuk menyelesaikan masalah.

Lalu bagaimana cara yang baik jika kita berhadapan dengan orang ngeyel? Cukup satu syarat saja yang menyebabkan pembicaraan biasa disebut sebagai eyel-eyelan, yaitu dua orang yang sama-sama ngeyel. Maka dari itu, ketika ada lawan bicara kita yang ngeyel, katakan saja ‘O, iya?’, dengan maksud bahwa kita menyetujui apa yang dia katakan, jangan bilang ‘trus gue harus bilang wow gitu?’. Selalu perhatikan apakah marah yang akan kita salurkan akan meninggikan kita atau merendahkan kita.  Setialah dengan cara yang baik dan cara yang membuat kita lebih baik.


Nama : Ahmad Hayam
NRP : 5111100091
Link :
  1. http://www.youtube.com/watch?v=bBUrOPYmCkM
  2. http://www.youtube.com/watch?v=kwtIWS-G0IE
  3. http://www.youtube.com/watch?v=e-1PxC-PYrw
  4. http://www.youtube.com/watch?v=4Mb66Mm6RLk

0 komentar:

Posting Komentar