04.57
0
Putu Wiramaswara Widya
5111100012

Dalam artikel ini, saya akan mengulangi secara tertulis isi dari kuliah Mario Teguh the Golden Ways berjudul "Less is More". Kuliah ini disampaikan melalui acara beliau di Metro TV pada tanggal 3 Maret 2013. Video dari kuliah beliau bisa dilihat melalui http://www.youtube.com/watch?v=BVb8X3j0DuM. Ulangan ini tidaklah menjangkau seluruh isi acara karena keterbatasan waktu dan penafsiran yang dimiliki oleh penulis.

-----------------------------

Di dalam kehidupan, kita selalu berpikir untuk melakukan hal yang lebih, lebih dan berlebihan. Maka dalam prinsip "Less is More" ini, ada sesuatu lebih yang harus dikurangi agar mendapatkan tujuan yang tepat. Kita selalu takut akan hal yang tidak perlu ditakuti, dikerdilkan oleh kekhawatiran yang tidak perlu dikhawatirkan dan mencari tahu informasi yang tidak perlu diketahui. Intinya, tidak semua hal yang lebih menghasilkan kebaikan.

Bapak Mario Teguh mengatakan, "apabila bisa dikatakan dengan satu kata, jangan dikatakan dengan dua kata". Beliau melemparkan suatu survei, apakah wanita idaman yang dikejar-kejar adalah wanita yang banyak hiasannya (super blink-blink) atau yang sederhana. Tentu saja para hadirin dan menurut survei umum, pasti banyak pria yang ingin wanita yang sederhana, karena dengan itu sang pria tidak minder sehingga wanita tersebut dipastikan lebih cepat menikah. Jika sang wanita menutupi keindahan dirinya dengan hiasan yang berlebihan yang tidak perlu, maka hal itu berarti dia minder dan khawatir akan dirinya sendiri. Berlebihan tentunya.

Salah seorang penonton Bapak M. Nur dari Batam bertanya, "Perjalanan hidup semakin banyak, dan informasi yang didapatkan semakin banyak, sehingga tidak sederhana lagi. Yang menang persaingan adalah yang banyak informasinya. Bagaimana informasi yang banyak ini untuk menyelesaikan permasalahan hidup kita?".  Bapak Mario Teguh menjawab dengan ilustrasi orang yang mendapatkan informasi dari mana-mana dan menekankan bahwa menyampaikan semua informasi tersebut secara sekaligus tidak menarik sehingga informasi tersebut harus disampaikan dalam satu kalimat yang sederhana dan niat yang sederhana. Orang yang ilmunya banyak dan memamerkan ilmunya adalah kuno.

Penonton selanjutnya yaitu Bu Diang dari Surabaya bertanya secara sederhana, bagaimana agar kita bisa konsisten dengan apa yang dimiliki. Bapak Mario Teguh mengatakan bahwa kita ini seperti anak kecil yang ingin segalanya, namun tidak bisa. Beliau menekankan, jika sudah memiliki sesuatu, jalani saja apa adanya dan pasti ada kemuliaan disana.

Setelah jeda komersial, sang pembawa acara mengajukan suatu istilah "efektif dan efisien". Bapak Mario Teguh melanjutkannya dengan melelaah lebih dalam perbedaan antara "efektif" dan "efisien". Ketika kita jalan dari A dan B melalui jalur yang sangat rumit, itu bisa dikatakan "efektif" karena "sampai" namun tidak "efisien" karena jalannya rumit. Efisien bisa dikatakan pada suatu hal jika dibandingkan dengan sesuatu yang tidak efisien.

Sesi tanya jawab berlanjut dengan pertanyaan dari Ari, Mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Dia memiliki suatu kreativitas, namun bingung untuk menjalankannya karena fokus kuliah. Solusi dari Bapak Mario Teguh menekankan "more"-nya adalah kreativitasnya, dan menekankan "less"-nya pada malas, lelet, dan rencana. "More" kedua dari Ari adalah Bingung. Menurut Bapak Mario Teguh, bingung adalah penyakit mental yang paling parah. Lebih baik tahu salah keras daripada betul tidak terdengar.

Pertanyaan selanjutnya adalah dari Bu Lutfi yang agak "nggelitik", bagaimana agar jodoh itu bisa langgeng seperti Pak Mario? Less is More, Bapak Mario Teguh bertanya kembali, "Jika melihat wajah suami, apakah Ibu Bersyukur atau Curiga?". Bu Lutfi menjawab, "Bersyukur, karena wajahnya mirip Pak Mario". Jika seseorang melihat segala sesuatu dengan kesyukuran, hidupnya akan ringan. Cukup fokus akan yang dimiliki saja, hal ini tidak hanya berlaku dalam masalah pernikahan saja.

Sesi pertanyaan berlanjut setelah sesi survei, Bapak Aang dari Pandeglang , Banten bertanya apakah sifat kita untuk mengambil semua peluang adalah berlebihan? Bagaimana agar peluang itu bisa optimal? Bapak Mario Teguh memberikan contoh kepada para koruptor yang terlalu mengambil banyak dan akhirnya sengsara. Kita tidak bisa mengejar 2 ekor kelinci. Fokus adalah suatu ilmu dari Less is More.

Sampai saat ini, sesi tanya jawab dilanjutkan dengan beberapa pertanyaan dari pemirsa diluar studio. Yang pertama adalah dari Bapak Yaya Supriatna,  "Bagaimana caranya kita merasa puas dalam hidup kita, walaupun itu kecil bagi orang lain?". Bapak Mario menjawab dengan tetaplah puas dengan berbagai cara. "Jangan pernah menyepelakan hal yang kecil", begitu penekanan beliau.

Pertanyaan diluar studio kedua adalah dari Anisa, salah satu Mahasiswa perguruan tinggi swasta di Jakarta. Anisa bertanya, apakah jika ingin menjadi seseorang yang lebih, harus ada sesuatu yang lebih pada diri kita?. Menurut Bapak Mario Teguh, jika kita mempelajari ilmu yang tidak ada gunanya untuk hal-hal yang penting. Hal tersebut bukan menambah pelajaran, tetapi membongkar pelajaran yang salah.

Sesi tanya jawab dikembalikan lagi ke studio. Sekarang yang bertanya adalah Richard Sitomarang dari Medan. Pak Richard bertanya, "Bagaimana setiap orang mampu menjadi pribadi yang sederhana, disaat sulit menyelaraskan pola pikir, sikap, dan bertindak?". Menurut Bapak Mario Teguh,

0 komentar:

Posting Komentar