05.41
0

Pengelolaan rasa marah atau anger management berati kita tidak harus untuk menghilangkan rasa marah. Pengelolaan adalah cara untuk mencapai hasil lebih baik. Sehinga pengelolaan rasa marah ini, mengubah kita dari sesuatu yang membahayakan, yaitu menjadi seseorang yang memperbaiki kehidupan, apabila kita menggunakan rasa itu untuk menjadi pribadi yang benar.
Bersabar itu bukan cara untuk menghilangkan marah atau rasa marah. Bersabar itu tetaplah marah, tetapi tidak menggunakan rasa marah itu untuk merendahkan diri dan melukai orang lain, sehingga merusak hubungan antar orang lain.
Jadi orang yang marah itu sebenarnya sedang ditantang untuk menggunakan diri terbaiknya. Banyak diantara kita sudah berdo’a tetapi tidak berlaku sesuai dengan do’a kita. Karena kita tidak berlaku sesuai dengan do’a kita, kita ditaruh dalam keadaan yang gelisah. Kegelisahan itu adalah perintah untuk mengupayakan perpindahan kekeadaan yang lebih baik. Maka orang yang sudah gelisah, tetapi tidak membuat perubahan dalam dirinya, dia dibuat marah. Sehingga dia harus tegas, karena orang yang tidak tegas ketika marah, maka dia dibuat semakin marah.
Orang yang marah bebas meluapkan kemarahannya, tetapi orang yang marah dengan liar, tidak bebas dari dampak keliarannya. Kita tidak mungkin melakukan kesalahan, lalu bebas dari dampak kesalahan itu. Marah itu nafsu, dan nafsu itu tidak pernah netral; nafsu itu kalau tidak meninggikan, ia merendahkan; kalau tidak memuliakan, ia menghinakan. Karena nafsu itu tidak netral, dan marah itu bagian dari nafsu; maka ambilah keuntungan dari marah itu.
Tenaga yang biasanya tidak kita punyai pada saat tidak marah, gunakan tenaga itu pada hal2 yang positif, seperti membersihkan rumah misalnya.
Marah itu bisa positif apabila:
- Marah itu tidak merendahkan diri.
- Marah itu jangan melukai orang lain.
Kita bebas untuk marah, tetapi tidak bebas dari dampak kemarahan yang liar.
Orang marah itu tergantung kepekaannya, orang yang mudah marah itu mendahulukan prasangka yang buruk. Orang yang berhati baik akan mendahulukan prasangka baik. Memilih prasangka baik kepada orang, mempengaruhi kebaikan sikap kita kepada orang.
Marah itu rahmat, jangan digunakan untuk merusak. Marah itu seharusnya digunakan untuk menjadi prilaku yang lebih tegas berlaku lebih baik bagi kita.
Sebagai contoh, wanita yang harus mengingatkan orang lain bahwa dia wanita, berarti ada masalah pada penampilannya. Pemimpin yang harus mengingatkan anak buahnya untuk mendengarkan, itu ada masalah dengan nilai yang dikatakannya.
Jika ada anak buah membangkang atasan, ada 2 kemungkinan:
- Kurangnya nilai yang dikatakan oleh pemimpin
- Rasa hormat anak buah terhadap kemampuan atasan untuk menghukum.
Atasan yang marah adalah atasan yang disandera anak buahnya. Hati2 dengan kemarahan didepan anak buah, karena itu ungkapan kelemahan kita. Nilai dari yang dibicarakan orang itu harus dari hatinya. Kecerdasan itu meningkatkan kualitas dari yang dikatakan; dan kalau berangkatnya dari hati, akan sampai dihati. Maka para pemimpin akan indah sekali, apabila semua yang dikatakannya datang dari hati yang jujur.
Jadi ikhlas ini adalah marah, tetapi kemarahan ini tidak dilakukan untuk melukai orang dan merendahkan diri.
Jika kita marah kepada seseorang, coba perhatikan pertanyaan berikut:
- Apakah kita sangat terluka oleh perlakuan orang itu?, Jika tidak, tinggalkan.
-  Apakah orang itu dengan sengaja melukai kita?, jika tidak, tinggalkan.
Banyak orang yang menggunakan kemarahan sebagai satu-satunya alat. Tukang kayu, yang alatnya hanya palu, akan memperlakukan segala sesuatunya seperti paku.
Orang yang hanya menjadikan marah sebagai satu2nya alat, akan memperlakukan segala sesuatu dengan marah. Padahal sebagian besar dalam kehidupan ini, bisa diperlakukan dengan kasih sayang.
Dengan berjalannya waktu, karena hidup kita penting, kita akan bisa memilahkan; mana yang penting untuk marah, mana yang tidak penting dan harus diabaikan.
Putuskanlah dengan tegas apakah kita layak marah atau tidak, jangan jadi korban dari keputusan umum orang lain. Marilah kita menjadi pribadi yang pandai untuk memilah, apa yang membuat kita marah dan apa yang tidak.
Dan apabila kita marah, kita pilih prilaku terbaik kita, supaya kita tidak merendahkan diri dan tidak merusak hubungan. Maka pilihlah untuk bereaksi baik terhadap seburuk-buruknya keadaan.
Kualitas hati itu menentukan keseluruhan dari kualitas hidup kita. Jadi orang yang mengharapkan peningkatan kualitas hidupnya, ia harus memperbiki kualitas hatinya. Marilah kita jadikan logika kita untuk selalu sadar, dalam persaan apapun untuk menetapkan penting atau tidaknya suatu hal bagi kita.
Apabila kita dicoba, dicoba selalu untuk yang baik, dan apabila kita bereaksi, kita berekasi dengan cara yang memuliakan kehidupan. Marah itu wajar, tapi pastikan kita menggunakan kemarahan itu untuk kebaikan diri dan sesama.


Nama   : Andalani Diri Astami
NRP    : 5110100065 
Kelas   : Soset C
Email   : tammy.andal@yahoo.com   
Link     :
-          http://www.youtube.com/watch?v=Uu8-Fq9uiPM                Part1
-          http://www.youtube.com/watch?v=Pf8fkNXUz2Q               Part2
-          http://www.youtube.com/watch?v=NX9gYg8SzkM             Part3
-          http://www.youtube.com/watch?v=o9qCWG8goaM            Part4
-          http://www.youtube.com/watch?v=mD0onbNuKF4             Part5

0 komentar:

Posting Komentar