Pengelolaan rasa marah atau anger management berati kita
tidak harus untuk menghilangkan rasa marah. Pengelolaan adalah cara untuk
mencapai hasil lebih baik. Sehinga pengelolaan rasa marah ini, mengubah kita dari
sesuatu yang membahayakan, yaitu menjadi seseorang yang memperbaiki kehidupan,
apabila kita menggunakan rasa itu untuk menjadi pribadi yang benar.
Bersabar itu bukan cara untuk menghilangkan marah atau rasa
marah. Bersabar itu tetaplah marah, tetapi tidak menggunakan rasa marah itu
untuk merendahkan diri dan melukai orang lain, sehingga merusak hubungan antar
orang lain.
Jadi orang yang marah itu sebenarnya sedang ditantang untuk
menggunakan diri
terbaiknya. Banyak diantara kita sudah berdo’a tetapi tidak berlaku
sesuai dengan do’a kita. Karena kita tidak berlaku sesuai dengan do’a kita,
kita ditaruh dalam keadaan yang gelisah. Kegelisahan itu adalah perintah untuk
mengupayakan perpindahan kekeadaan yang lebih baik. Maka orang yang sudah gelisah,
tetapi tidak membuat perubahan dalam dirinya, dia dibuat marah. Sehingga dia harus
tegas, karena orang yang tidak tegas ketika marah, maka dia dibuat semakin
marah.
Orang yang marah bebas meluapkan kemarahannya, tetapi orang
yang marah dengan liar, tidak bebas dari dampak keliarannya. Kita tidak mungkin
melakukan kesalahan, lalu bebas dari dampak kesalahan itu. Marah itu nafsu, dan
nafsu itu tidak pernah netral; nafsu itu kalau tidak meninggikan, ia
merendahkan; kalau tidak memuliakan, ia menghinakan. Karena nafsu itu tidak
netral, dan marah itu bagian dari nafsu; maka ambilah keuntungan dari marah
itu.
Tenaga
yang biasanya tidak kita punyai pada saat tidak marah, gunakan tenaga itu pada
hal2 yang positif, seperti membersihkan rumah misalnya.
Marah itu bisa positif apabila:
- Marah itu tidak merendahkan diri.
- Marah itu jangan melukai orang lain.
- Marah itu tidak merendahkan diri.
- Marah itu jangan melukai orang lain.
Kita
bebas untuk marah, tetapi tidak bebas dari dampak kemarahan yang liar.
Orang
marah itu tergantung kepekaannya, orang yang mudah marah itu mendahulukan prasangka
yang buruk. Orang yang berhati baik akan mendahulukan prasangka baik. Memilih prasangka
baik kepada orang, mempengaruhi kebaikan sikap kita kepada orang.
Marah
itu rahmat, jangan digunakan untuk merusak. Marah itu seharusnya digunakan
untuk menjadi prilaku yang lebih tegas berlaku lebih baik bagi kita.
Sebagai
contoh, wanita yang harus mengingatkan orang lain bahwa dia wanita, berarti ada
masalah pada penampilannya. Pemimpin yang harus mengingatkan anak buahnya untuk
mendengarkan, itu ada masalah dengan nilai yang dikatakannya.
Jika ada anak buah membangkang
atasan, ada 2 kemungkinan:
- Kurangnya nilai yang dikatakan oleh pemimpin
- Rasa hormat anak buah terhadap kemampuan atasan untuk menghukum.
- Kurangnya nilai yang dikatakan oleh pemimpin
- Rasa hormat anak buah terhadap kemampuan atasan untuk menghukum.
Atasan
yang marah adalah atasan yang disandera anak buahnya. Hati2 dengan kemarahan
didepan anak buah, karena itu ungkapan kelemahan kita. Nilai dari yang
dibicarakan orang itu harus dari hatinya. Kecerdasan itu meningkatkan kualitas
dari yang dikatakan; dan kalau berangkatnya dari hati, akan sampai dihati. Maka
para pemimpin akan indah sekali, apabila semua yang dikatakannya datang dari hati
yang jujur.
Jadi
ikhlas ini adalah marah, tetapi kemarahan ini tidak dilakukan untuk melukai orang
dan merendahkan diri.
Jika
kita marah kepada seseorang, coba perhatikan pertanyaan berikut:
- Apakah kita sangat terluka oleh perlakuan orang itu?, Jika tidak, tinggalkan.
- Apakah orang itu dengan sengaja melukai kita?, jika tidak, tinggalkan.
- Apakah kita sangat terluka oleh perlakuan orang itu?, Jika tidak, tinggalkan.
- Apakah orang itu dengan sengaja melukai kita?, jika tidak, tinggalkan.
Banyak
orang yang menggunakan kemarahan sebagai satu-satunya alat. Tukang kayu, yang
alatnya hanya palu, akan memperlakukan segala sesuatunya seperti paku.
Orang
yang hanya menjadikan marah sebagai satu2nya alat, akan memperlakukan segala
sesuatu dengan marah. Padahal sebagian besar dalam kehidupan ini, bisa
diperlakukan dengan kasih sayang.
Dengan
berjalannya waktu, karena hidup kita penting, kita akan bisa memilahkan; mana
yang penting untuk marah, mana yang tidak penting dan harus diabaikan.
Putuskanlah
dengan tegas apakah kita layak marah atau tidak, jangan jadi korban dari keputusan
umum orang lain. Marilah kita menjadi pribadi yang pandai untuk memilah, apa
yang membuat kita marah dan apa yang tidak.
Dan
apabila kita marah, kita pilih prilaku terbaik kita, supaya kita tidak
merendahkan diri dan tidak merusak hubungan. Maka pilihlah untuk bereaksi baik
terhadap seburuk-buruknya keadaan.
Kualitas
hati itu menentukan keseluruhan dari kualitas hidup kita. Jadi orang yang
mengharapkan peningkatan kualitas hidupnya, ia harus memperbiki kualitas
hatinya. Marilah kita jadikan logika kita untuk selalu sadar, dalam persaan
apapun untuk menetapkan penting atau tidaknya suatu hal bagi kita.
Apabila
kita dicoba, dicoba selalu untuk yang baik, dan apabila kita bereaksi, kita
berekasi dengan cara yang memuliakan kehidupan. Marah itu wajar, tapi pastikan
kita menggunakan kemarahan itu untuk kebaikan diri dan sesama.
Nama : Andalani Diri
Astami
NRP : 5110100065
Kelas : Soset C
Email : tammy.andal@yahoo.com
Link :
0 komentar:
Posting Komentar