17.50
0
Hampir semua manusia di dunia ini memiliki keinginan untuk menjadikaya. Namun sebenarnya kaya bukan semata-mata berupa uang. Masih banyak kekayaan di dunia yang bisa membuat seseorang menjadi kaya. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang terpaksa kaya?

Sebenarnya orang yang benar-benar kaya tidak pernah menginginkan dirinya menjadi kaya. Tetapi keraguaanya itu yang menjadi mau tidak mau dirinya dikayakan oleh Tuhan. Tidak ada istilah mengayakan diri, yang ada adalah dikayakan. Perlu diingat bahwa dalam hidup berlaku hokum utama yaitu sebab dan akibat. Sehingga kita harus mampu untuk menjadi pribadi yang menjadi sebab atas akibat yang kita inginkan.

Apa yang dimaksud kekayaan sebenarnya? 
Kekayaan dikatakan memiliki perhitungan sendiri. Namun tidak selamanya perhitungan itu berujung pada sebuah nilai mata uang, apapun itu. Contohnya, orang tua yang dianugerahi seorang anak yang sehat, lucu, patuh pada kedua orang tuanya dan dekat dengan Tuhan. Suami atau istri yang patuh dan setia, itu namanya kekayaan. Jadi, kekayaan itu tidak hanya dihitung dengan uang. Kacamata itu ada harganya? Ada. Mata itu ada harganya? Ada, tetapi tidak dapat diukur karena Tuhan yang memberikannya. Ada yang menjadikan anugerah Tuhan itu mahal, ada juga yang memurahkannya. Tentu anugerah ini menjadi kekayaan tidak ternilai. Dari sini terlihat bahwa kekayaan lebih dari sekedar uang.
Apakah kekayaan bisa dihitung dengan uang? Tentu saja tidak. Walaupun begitu ada beberapa kekayaan yang kita miliki yang kita tidak tahu harganya karena hanya Tuhan yang tahu. Tuhan memurahkan semua kekayaan bagi orang yang dekat dengan-Nya. Lalu mencabut itu semua dan menjadikannya sangat mahal melalui senuah penyakit, karena ia telah mendustakan nikmat Tuhan. Sebetulnya kekayaan itu timbul bukan dari memiliki, melainkan karena kita mensyukurinya.

Akhlak Kunci Utama
Tidak mungkin ada orang kaya yang akhlaknya buruk dan tidak mungkin orang kaya akhlaknya buruk menjadi kaya. Karena kualitas paling indah yang dilihat Tuhan ialah akhlak. Banyak orang mengaku beriman dan beragama, namun akhlaknya mendustakan keberadaan sesamanya. Hanya karena tidak meyakini yang sama dengan yang diyakininya. Padahal perbedaan keyakinan itu dicaptakan oleh Tuhan. Mulailah membangun kehidupan yang berakhlak yaitu dengan hidup dalam akhlak.
Jika sudah bisa memulainya dari diri sendiri, lalu meneladani akhlak tersebut dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan mengetahui kehidupan yang berakhlak. Hal tersebut disadari atau tidak adalah sebuah kekayaan yang luar biasa yang kita miliki melebihi kekayaan materi. Lalu bagaimana dengan seseorang yang terlihat kaya tapi akhlaknya tidak baik? Kita harus tahu bahwa tidak semua kekayaan adalah rezeki. Tetapi ada rezeki yang sebetulnya kelihatan sebagai rezeki kita, namun itu adalah harta kepada orang yang hukumannya sedang ditangguhkan. Seperti koruptur yang terlihat sangat kaya, ia menjadi pejabat tinggi yang sedang berkuasa. Padahal ‘sedang’ itu hanyalah sementara dan aka nada akhirnya.
Hal ini akan berbeda dengan pemimpin yang semasa ia berkuasa berlaku amanah. Saat ia pension, ia akan terbebas dari tuntutan hokum, utang-utang ketidakjujuran masa lalu, dan begitu santai sekali menjalani kehidupannya. Maka dari itu rezeki tidaklah sama dengan jumlah uang yang sebetulnya adalah tanda besarnya hukuman. Jika mencuri 1 rupiah maka hukumannya ialah satu rupiah.
Orang kaya itu berakhlak, orang yang berakhlak itu yang kaya. Jika kita mengerti akan makna kaya dan akhlak, maka yang disebut kekayaan ialah yang berakhlak. Akhlak itu patuh kepada Tuhan yang berlaku dari hatinya, mulutnya serta perilakunya. Jadi kalau begitu marilah kita patuh kepada Tuhan dengan seutuh-utuhnya agar kekayaan kita diutuhkan seperti kekayaan hati, kekayaan pikiran, kekayaan tubuh, serta kekayaan kemanfaatan bagi kebaikan sesama dan alam.
 
Semua Ada Proses
Terpaksa kaya berarti menargetkan diri kita untuk menjadi kaya serta butuh proses untuk menuju pribadi yang terpaksa kaya. Namun saat kita menargetkannya cukup sekali saja berkata “Aku ingin kaya”.
Rezeki itu bukan hanya yang kita dapat dalam bentuk uang, tetapi hal yang masih kita miliki dan kebaikan yang selama ini menjadi nikmat sudah dikatakan sebagai rezeki kita. Seperti rumah yang tidak jadi kebakaran itu adalah rejeki . Sama halnya jika kita ditanya manakah yang lebih penting kaya dunia atau kaya akhirat? Keduanya sama pentingnya, bahkan jika ingin mencari tiket menuju surge, sebaiknya kita mengayakan diri di dunia dulu dengan menjadi pribadi yang mampu mengayakan orang lain. Karena itulah segala sesuatu yang kita jalani dalam hidup ini semua ada prosesnya. Rejeki itu bukan hanya yang kita dapat dari uang.
Walaupun setiap jiwa itu sudah terlahir kaya. Kalaupun ia lahir di keluarga yang kaya maka yang kaya ialah orang tuanya. Ingatlah formula hemat pangkal kaya, maka jika anak muda yang terlahir dari keluarga miskin bisa berbakat kaya. Mana lebih mudah untuk berhemat anak orang kaya atau anak orang miskin? Tentu saja anak orang miskin. Apalagi yang harus diboroskan oleh anak orang miskin? Hemat pangkal kaya. Jadi anak orang miskin itu berbakat kaya. Sedangkan anak muda yang dilahirkan dari keluarga kaya jika tidak dididik dengan benar bisa berbakat miskin. Sangat penting jika kita selalu mensyukuri diri sendiri karena dari sanalah semakin terlihat kekayaan yang sejati pada setiap diri kita. Lebih banyak mana kekayaan yang diperoleh dari usaha dan kerja keras sendiri ketimbang dari warisan kekayaan orangtuanya. Orangtua itu menginginkan anaknya mewarisi sifat baik orangtuanya. Seindah-indahnya manusia adalah orang yang menghargai dan menyayangi sesama.
Terpaksa itu karena kita mencari yang mudah. Kita ini instant economy. Mudah itu saat kita diberi beban kecil-kecil. Orang kecil itu mampu menopang yang kecil-kecil. Mintalah kepada Tuhan untuk memberikan pundak yang kuat sehingga memudahkan kehidupan bagi diri sendiri dan orang lain. Inginkan yang setinggi-tingginya karena walaupun tidak kita menginginkannya Tuhan telah menyiapkannya.
Orang yang dihormati tidak hanya benar. Tetapi dia juga tegas dalam kebenarannya. Orang yang tegas salah lebih baik dibandingkan orang benar yang tidak tegas. Mengapa? Karena orang tegas itu tahu cara menyelesaikan masalah. Jika itu salah, tapi itu baik, Tuhan akan membetulkannya.
Orang kaya yang merasa berkecukupan maka dia akan bersyukur dan tidak takut kekayaannya akan berkurang. Lain halnya dengan orang yang kaya dengan cara yang tidak halal seperti korupsi. Orang kaya yang anggun dan orang miskin yang tidak menghujat orang kaya. Membenci apapun yang kaya itu tidak baik. Orang terpaksa kaya itu karena memperkayakan orang lain. Orang yang tidak punya tetapi ingin memberi, maka dia akan punya. Orang yang tidak punya tetapi sungguh-sungguh ingin memberi akan membuat Tuhan percaya. Jadi, jangan hanya berdoa ‘akan’, tetapi lakukan juga sesuatu dan tetaplah memberi.
Orang yang hanya bekerja untuk hari ini, maka dia akan menderita saat tua nanti. Menua itu menjadikan kita lemah, jadi kita harus menjadikan diri sebagai insan yang mandiri secara finansial. Segala sesuatu ditentukan oleh Tuhan. Kita merupakan sebab bagi nasib.
Orang yang berguna bagi orang lain karena dia diijinkan untuk berguna. Banyak orang sombong yang tidak diijinkan tampil. Jadikan diri kita bernilai bagi sesama.
 

Dari Tuhan semua gratis. Kalo bermanfaatnya minta uang kan sudah biasa. Namun, bermanfaatnya gratis? Tuhan itu Maha Adil. Jadi orang yang bermanfaat secara gratis kepada banyak orang, maka dia akan mendapat rejeki yang setimpal. Sebelum mampu untuk itu, Anda juga harus mampu secara ekonomi dengan cara mendapatkan pendidikan yang baik. Buktikan bahwa Anda tidak hanya dikayakan oleh Tuhan di dunia, tetapi juga di akhirat.



Nama : Andina Trya R.
NRP : 5111100177
Kelas : Soset B

 


0 komentar:

Posting Komentar