07.38
0
Putu Wiramaswara Widya
NRP: 5111100012

Mungkin ini satu-satunya pose saya yang terbidik kamera di kuliah Soset™

Seperti yang ditugaskan oleh bapak/ibu dosen mata kuliah Sosio dan Etika (KI091327) Jurusan Teknik Informatika ITS, kali ini saya akan blak-blakan mengenai apa yang saya alami disaat menjalani mata kuliah ini. Sebagai info saya adalah Putu Wiramaswara Widya, mahasiswa geek (entah padanan geek dalam bahasa Indonesia seperti apa) yang sering terlihat jarang mandi walaupun sudah sering mandi, terlihat serius, tegas, dan galak namun sering tertawa.

Sosio dan Etika, dari segi etimologi

Menurut kateglo.bahtera.org (kamus tesaurus bahasa Indonesia yang sering menjadi rujukan untuk mencari makna dan sinonim kata/istilah bahasa inggris): Sosio digunakan pada awalan kata (prefix) yang menunjukan sifat  sosial yang berarti berhubungan dengan masyarakat sementara Etika berarti ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Menurut katalog jurusan Teknik Informatika ITS kurikulum 2009, tujuan pembelajaran dari mata kuliah Sosio dan Etika adalah : "Mahasiswa mampu mengenai, menyikapi dan menyampaikan pendapat mengenai fenomena sosial dan profesional dalam bidang TI". Tujuan pembelajaran tersebut dirinci menjadi tiga kompetensi sebagai berikut :

  1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kebebasan berekspresi, privasi dan kekayaan intelektual yang berkaitan dengan karya TI berdasarkan hukum yang berlaku.
  2. Mahasiswa mampu mengenali dan menyikapi fenomena sosial dan profesional di bidang TI.
  3. Mahasiswa mampu bekerjasama, merumuskan dan menyampaikan pendapat mengenai permasalahan nyata yang menyangkut etika.
Pelaksanaan kuliahnya

Untuk review, materi pada 3-4 minggu pertama diberikan oleh dosen. Dosen kelas saya, Pak Imam sudah membawakan materi dengan baik, dalam rangka penanaman etika dalam hal kecil misalnya dalam hal keterlambatan. Karena saya sudah tahu dan sudah merasakan, seandainya saya sebagai bos dan pegawai saya terlambat datang, produktivitas yang dihasilkan akan berkurang (karena berkurangnya waktu kerja, toh terlambat datang bukan berarti terlambat pulang kan? :D). Materi pengenalan profesi di bidang TIK juga sangat baik disampaikan, kita diajak untuk berpikir kedepan, kita akan menjadi apa kelak setelah lulus? Jangan sampai lulusan Teknik Informatika malah mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai ilmunya, itu sih harapannya :)

Mungkin kekurangan kuliah dari Pak Imam ini adalah (dan memang diakui sendiri oleh bapak) bahwa pemahaman materi bapak sebagai dosen belum maksimal. Maklum, saya tahunya pak Imam itu ya ngajar yang berhubungan dengan permainan komputer a.k.a game, kalau nggak tentang realitas virtual (RV). Mungkin untuk mata kuliah sosio etika tahun depan, pak Imam bisa membaca secara rinci materi melalui buku yang menjadi pustaka utama pada katalog jurusan (Ada buku Ethics in Information Technology penulis George W. Reynolds, namun saya sendiri baru tahu ada buku itu setelah melihat katalog, ampun).

Soset = Kultam

Stereotipe mengenai kuliah sosio dan etika (atau dalam hal ini disebut Soset) adalah: mengadakan kuliah tamu. Sebenarnya tidak ada masalah dengan adanya kuliah tamu ini, karena toh yang lebih bonafide dalam membawakan materi ini adalah orang yang sudah berkecimpung di dunia kerja. Saya hampir lupa urutan materi yang didapatkan apa saja, tetapi saya tetap ingat ada beberapa materi yang berkesan menurut saya.

Materi pertama dan paling awal dilaksanakan adalah materi dari Pak Noor Azam, seorang Linuxer (seperti saya), Dosen, dan bekerja di salah satu penyedia jasa internet di Surabaya. Saya lupa judulnya materinya, tapi yang saya ingat adalah bahwa materi ini sebenarnya materi pembuka, prologue dari seluruh kuliah tamu yang dilaksanakan selanjutnya. Materinya memang terkesan acakadut, maklum yang buat salindia presentasi bukan bapaknya, tetapi saya sendiri™. Penjelasan yang paling saya ingat adalah mengenai terbukanya peluang Indonesia dalam industri TI terutama dalam pemanfaatan teknologi komputasi awan. Inilah yang menjadi dasar saya termotivasi untuk mempelajari teknologi komputasi awan secara empiris lebih lanjut lagi sampai sekarang. Bapak Noor berpesan bahwa jika ada aplikasi menarik (PaaS) yang ingin diterapkan, bisa meminta bantuan bapaknya via RADNET karena akan dibantu dari segi media penyimpannya.

Materi berkesan kedua adalah materi tentang sosio dan etika dunia permainan komputer oleh bapak kriolampah, co-founder Elventales. Beliau mengajak kepada para peserta untuk melihat pasar permainan komputer sebagai pasar potensial. Toh, permainan komputer bukan hanya yang berhubungan dengan kekerasan, sepak bola, balapan saja tetapi lebih pada membuat permainan komputer yang memiliki nilai edukasi yang tinggi.

Materi berkesan ketiga adalah tentang penerapan TIK di pemerintahan. Materi disampaikan baik dari Pemkot Surabaya maupun Pemprov Jawa Timur. Pada materi ini, saya melihat pemanfaatan TIK di bidang pemerintahan di Surabaya benar-benar berkembang pesat. Dari pengelolaan proposal pembangunan, aparatur pegawai, keuangan, dll dibuatkan dalam bentuk sistem informasi. Ini menjadi refleksi cita-cita saya dan mungkin negara Indonesia pada umumnya mengenai bagaimana membuat suatu sistem e-goverment yang transparan, karena banyak rakyat Indonesia yang meragukan kredibilitas dan integritas para aparatur pemerintahan saat ini.

Karena yang diminta hanya 3 materi berkesan, penjelasan materi berkesan saya cukupkan sampai disini. Tapi sebenarnya, banyak materi berkesan yang lain seperti pengenalan inkubator kewirausahaan oleh bapak Imam Baihaqi, kemudian pengenalan masalah keamanan dan kebebasan berpendapat di bidang TIK. Sayang sekali, banyak juga saya harus melewati beberapa materi yang hampir kesemuanya berhubungan dengan berbicara di depan umum, presentasi dan lain-lain karena masalah penyakit yang saya derita pada pertengahan semester ini.

Materi apa yang belum saya dapatkan?

Saya belum mendapatkan materi tentang hak kekayaan intelektual di bidang TIK. Banyak yang tidak tahu dan tidak peduli tentang masalah ini. "Toh juga Windows bajakan masih gratis dan bisa digunakan?". Padahal, mental pembajakan ini sudah mendarah daging di kalangan masyarakat TIK di Indonesia pada umumnya. Hal ini merugikan banyak pihak. "Kalau tidak bisa membeli/mengimpor teknologi proprietary dari luar, mengapa kita tidak menyediakan solusi sendiri yang lebih murah?", itulah cita-cita yang saya miliki saat ini agar Indonesia memiliki semua solusi TIK yang diperlukan untuk bangsanya sendiri. Wah, terdengar muluk-muluk memang.

Btw, tentang masalah HaKI ini, saya pernah membuat makalahnya untuk kebutuhan Ujian Tengah Semester, ini dia.

Saya juga belum mendapatkan materi kerjasama yang lebih mendalam, bagaimana menjadi anggota tim yang baik, bagaimana menjadi project manager yang baik, bagaimana menanamkan rasa memiliki atas suatu proyek agar kita bisa menghasilkan produk yang bernilai tinggi. Hal ini sering saya alami ketika saya kuliah: Saya selalu menjadi PM, dan sulit mengatur anggota tim padahal sudah menentukan pengaturan waktu dan milestone pengerjaan dengan baik namun tidak menghasilkan produk yang maksimal. Apa yang kurang dari diri saya? Apakah benar untuk menjadi bos kita harus pernah menjadi anak buah?

Epilogue

Banyak materi yang saya dapatkan, sampai saya tidak bisa menjelaskannya satu per satu. Toh ilmu yang didapatkan tidak sepenuhnya saya terapkan sampai saat ini. Namun saya sadar, nanti di kemudian hari, semua yang saya dapatkan akan memiliki nilai guna yang besar. Pembelajaran di kuliah dan kuliah tamu Sosio dan Etika ini tidak cukup bagi saya untuk menjadi orang yang lebih baik, saya harus siap mengarungi samudra untuk mendapatkan banyak pengalaman. Karena kata orang asing, Erfahrung ist der beste Lehrer yang berarti pengalaman adalah guru yang terbaik. Apakah itu berarti kuliah Sosio dan Etika dihapus saja? Otidakbisa, banyak hal yang bersifat non-teknis di dunia TIK yang mungkin belum tersampaikan secara jelas pada mata kuliah lainnya, dan disinilah tempatnya.

0 komentar:

Posting Komentar